Mysunlife’s Blog

Archive for Januari 2009

Dari beberapa blog, posting, forum, dan diskusi di internet, saya menemukan beberapa hal seputar pandangan mengenai asuransi. Blog, posting, forum dan diskusi tersebut berada di seputar kita, di Indonesia, yang dikemukakan oleh orang-orang Indonesia, calon penerus bangsa kelak.

Beberapa tanggapan mengenai asuransi yang mereka kemukakan:

Sudah punya asuransi, tapi kok saya sehat terus, jadi nggak berguna dong, asuransinya…
Nggak percaya, bro…, asuransi? Nggak deh!
Asuransi kan hanya menguntungkan agennya aja…
Janji-janji agen muluk-muluk, padahal kenyataannya gak tau juga..
Punya Asuransi, premi saya sekian, lho…, dapatnya? Aduh, lupa ya…. Nanti saya lihat dulu. Penting ya?

Pikir-pikir dulu, deh, mending investasi tanah atau rumah….
Beli emas lebih menguntungkan
Dulu sekali, waktu saya masih senang main-main, beli ini itu, dan lain-lain yang intinya sama, yaitu “Asuransi, gak dulu deh…” banyak tawaran Asuransi untuk saya, keluarga, dan orang tua saya, namun semua kami tolak. Sepertinya meng-“image” kan kematian, kecelakaan, pokoknya yang serem-serem.

Kini, namanya juga kehidupan, tentu ada perubahan ke arah yang lebih positif dalam cara pandang. Saya bertemu dengan orang-orang yang bahkan sangat berani berinvestasi, dengan modal sedikit, namun hasil besar. Ada juga praktisi-praktisi dan pengamat-pengamat keuangan yang melalui seminar-seminar dan buku-bukunya mengajari saya untuk memahami bahwa investasi masa depan penting.

Kantor PT Sun Life Financial of Canada sekitar tahun 1900

Untuk tangapan dari beberapa tanggapan yang kurang positif di atas…

Sudah punya asuransi, tapi sehat terus? Ya, berbahagialah dan bersyukur karena kesehatan merupakan anugrah, selain melakukan pola hidup sehat, tentunya kesehatan adalah hal yang semua manusia normal ingin mendapatkannya. Tujuan asuransi kesehatan adalah mengantisipasi jika pemilik polis (tertanggung) suatu saat mengalami musibah sakit, sehingga kehilangan beberapa hari produktif untuk bekerja (mendapatkan income). Katakanlah jika sakit, maka income yang tidak jadi didapat dapat tergantikan oleh asuransi, dan mengurangi pengeluaran ekstra untuk biaya rumah sakit. Jika sehat terus? Ada uang pertanggungan yang tidak hilang dari asuransi kesehatan tersebut, yang kelak akan digunakan oleh ahli waris kita untuk mengurus segala keperluan pemakaman kita (misalnya), karena kita toh tidak hidup selamanya di dunia ini.
Tidak percaya asuransi? Salah satu dari inti Asuransi adalah bisnis kepercayaan. Kita dapat memilih, memilah, dan menentukan perusahaan Asuransi mana yang memiliki predikat, kekuatan finansial yang baik, agen yang bisa Anda percaya, dan produk yang ditawarkan agar diteliti dan dimengerti sejelas-jelasnya.
Menguntungkan agen? Ya. Asuransi menguntungkan Agen, makanya banyak agen asuransi yang menawarkan produknya. Namun dari sisi konsumen / nasabah, asuransi jelas lebih menguntungkan nasabah dari pada si agen. Katakanlah, agen mendapat komisi dari setiap polis yang dihasilkannya, anggaplah sebagai biaya pengurusan, namun apa yang didapatkan nasabah? Jaminan masa depan, jaminan kesehatan, jaminan pendidikan, dan sejumlah uang pertanggungan yang besar, yang tentu saja jika dibandingkan dengan komisi, pendapatan agen sangat sedikit. Seperti menabung di bank, ada biaya dan pemotongan bunga akibat pajak, begitu juga asuransi, ,ada biaya. Jika kita rela memberikan komisi pada bank, kenapa harus tidak rela memberi komisi pada agen dengan hasil investasi yang di dapat nasabah sangat baik?
Janji muluk-muluk? Sekali lagi, kenali dengan benar perusahaan, program, dan agen. Anda tidak akan mendapatkan janji muluk-muluk jika ANDA tidak menginginkan hal yang muluk-muluk. Jika ANDA berpikir wajar mengenai pendapatan Investasi di Asuransi, Agen juga tidak akan “terpaksa” menjanjikan muluk-muluk. Kenali agen ANDA.

Sudah punya asuransi tapi tidak mengerti benar apa yang di dapat? Jangan membeli asuransi berdasarkan paksaan agen, karena masa depan ANDA di tangan anda sendiri, bukan agen. Anda mengeluarkan sejumlah uang yang tidak sedikit untuk berasuransi, tentu sebaiknya ANDA tahu betul apa yang ANDA beli. Seperti ANDA membeli komputer, rumah, atau hal lain, tentu ANDA akan meneliti barang sebelum membeli. Perlakukanlah sama dengan membeli asuransi.
Tanah, rumah, juga merupakan investasi yang dapat dipakai dan berguna kelak di kemudian hari. Begitu pula Asuransi, bahkan lebih penting menurut saya. Kenapa? Tanah, rumah, kendaraan, dan lain-lain merupakan barang pakai. Anda bisa memilikinya kapan saja jika anda mempunyai cukup dana. Namun Asuransi menyangkut jiwa ANDA, Jiwa yang tidak dapat ANDA beli seberapapun uang ANDA. Beli asuransi bukan berarti jiwa anda diselamatkan, bukan, melainkan ANDA memiliki proteksi terhadap jiwa ANDA terutama jika ANDA kehilangan Income untuk membeli rumah, tanah, dan lain-lain.
Emas lebih menguntungkan? Ya, emas memang menguntungkan. Namun, saya hanya akan membeli emas jika saya sudah sangat berlebih penghasilan. Namun emas tidak dapat menggantikan Income ANDA jika ANDA sakit, kecuali ANDA menjual Emas tersebut, dan emas tersebut hilang karena ANDA jual. ANda tidak memilikinya lagi. Asuransi memproteksi ANDA, dan Asuransi tidak akan hilang sepanjang ANDA masih hidup, sehat atau tidak.
Jadi, tahap awal, selamat merenung, berpikir, berencana, membuat konsep, dan merealisasikannya.

Salam… 🙂

dicuplik dari:

http://myfutureconceptpikiran.blogspot.com/2008/12/tanggapan-kurang-positif-terhadap.html

Posted by Firsty Relia Renata, ST
Labels: Konsep

Pola Pikir Konservatif, Masyarakat Indonesia Lebih Memilih Asuransi sebagai Investasi Jangka Panjang

Jakarta, 17 Juli 2008. Mayoritas nasabah di Asia belum memiliki pemahaman yang cukup mengenai investasi jangka panjang. Akan tetapi, terdapat perbedaan sikap dan perilaku nasabah dari berbagai belahan dunia yang berbeda berdasarkan hasil riset Sun Life Financial pada konsumen di Asia yang dikenal sebagai SOLAR. SOLAR menjadi komponen utama dari perusahaan asuransi ini untuk melihat lebih dalam perilaku nasabah Asia guna mendorong strategi bisnis.

Untuk mempersiapkan keamanan finansial bagi nasabah, pendekatan dasar yang digunakan Sun Life Financial adalah pengertian yang komprehensif akan kebutuhan nyata konsumen di seluruh Asia. SOLAR ini dimaksudkan untuk mempelajari cepatnya perubahan yang terjadi pada perilaku dan fokus perhatian para nasabah di Asia, termasuk Cina, India, Filipina, Indonesia dan Hong Kong, dengan berbagai cakupan topik seperti sikap dan pandangan hidup, bagaimana sudut pandang dan perilaku dalam berinvestasi, berasuransi hingga pandangan atas kemungkinan membaiknya situasi di bursa saham.

“SOLAR membantu kami untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam atas berbagai sikap dan perilaku nasabah dan hasilnya akan kami gunakan untuk mengembangkan produk dan layanan sesuai dengan yang telah disampaikan oleh nasabah kepada kami,” kata Robert Burr, Vice President Strategic Marketing Sun Life Financial Asia. “Kami telah meluncurkan dua produk investasi di beberapa pasar kami di Asia berdasarkan hasil riset dari SOLAR.“

Pendidikan dan Pensiun Prioritas untuk Masyarakat Indonesia

Hasil riset SOLAR menunjukkan bahwa di Indonesia, asuransi pendidikan, pensiun dan kesehatan tetap menjadi produk yang paling diminati. Masyarakat Indonesia menunjukkan adanya kebutuhan akan asuransi pendidikan dan perencanaan dana hari tua dengan cakupan yang lebih luas. Hal ini disebabkan oleh tingginya perhatian untuk mewujudkan rasa aman di kehidupan jangka panjang.

“Pemahaman yang didapatkan dari SOLAR mengarah pada pembentukan dan pengembangan inovasi produk yang sangat spesifik dan peka terhadap situasi pasar. Kami telah meletakkan hal ini sebagai bagian utama dari strategi kami untuk membantu para nasabah dalam mewujudkan tujuan finansial dari setiap tahapan hidupnya,” kata Presiden Direktur PT Sun Life Financial Indonesia Chris Lossin.

Berdasarkan studi tersebut, masyarakat Indonesia sangat memiliki perhatian khusus untuk memberikan pendidikan yang berkualitas pada anak-anaknya. Oleh karena itu, diperlukan persiapan investasi sejak dini untuk dana pendidikan anak-anak mereka. Orang Indonesia cenderung menjalankan cara tradisional untuk membiayai pendidikan anak-anaknya. Sebanyak 70 persen responden mengatakan bahwa dana pendidikan anak-anak didapat dari pendapatan dan tabungan. Dalam kaitannya dengan pemilihan sekolah, 61 persen dari keseluruhan responden mengatakan bahwa mereka berencana untuk mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah swasta, sementara 58 persen responden memilih untuk menyekolahkan anak-anaknya di luar negeri.

Dengan tingginya perhatian untuk mempersiapkan pendidikan yang terbaik bagi anak, sebanyak 81 persen dari keseluruhan responden menyatakan bahwa mereka sangat ingin atau ingin untuk berinvestasi, 71 persen di antaranya lebih tertarik pada asuransi pendidikan, sedangkan 66 persen lebih memilih tabungan.

Untuk masa pensiun, sekitar 60 persen responden Indonesia memiliki gambaran yang jelas tentang kapan mereka akan pensiun. Namun demikian, masyarakat Indonesia tidak terlalu berkeinginan untuk segera pensiun. Sejumlah besar dari masyarakat Indonesia (39 persen) menyatakan akan bekerja paruh waktu setelah mereka pensiun dengan alasan mereka suka dengan pekerjaaan atau untuk sekedar mencari kesibukan. Di samping itu, 80 persen dari responden menyatakan bahwa mereka telah menyisihkan sebagian uangnya secara teratur untuk persiapan masa pensiun.

Fakta lain yang menarik berkisar pada kesehatan: riset ini memperlihatkan bahwa masyarakat Indonesia yang telah mempunyai anak memiliki perhatian yang lebih terhadap kesehatan mereka sekarang dibandingkan periode lima tahun lalu. Ini terlihat dari 57 persen responden yang telah memiliki anak menyatakan memiliki perhatian akan kesehatan dibandingkan 47 persen responden yang belum mempunyai anak. Yang menarik, asuransi dipersepsikan sebagai sumber dana utama untuk menutup biaya kesehatan setelah tabungan. Hal ini terlihat dari 64 persen responden yang menyatakan bahwa mereka mempercayakan hal ini pada asuransi untuk kebutuhan ini.

“Riset ini memperlihatkan tingginya kebutuhan masyarakat Indonesia untuk memastikan masa depan serta kesiapan finansial dalam menghadapinya – dan asuransi telah menjadi salah satu pilihan utama bagi mereka untuk meraihnya. Kecenderungan ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia semakin sadar akan pentingnya asuransi sehingga kami, sebagai salah satu pelaku industri, akan terus berupaya untuk membantu memenuhi kebutuhan mereka,” kata Chris Lossin.

Pola pikir Konservatif, Masyarakat Indonesia lebih Memilih Asuransi Sebagai Investasi Jangka Panjang

Masyarakat Indonesia masih memiliki pola pikir yang konservatif terhadap investasi. Berdasarkan riset, dari 44 persen responden, batasan waktu untuk ‘jangka panjang’ adalah 10-20 tahun sementara 25 persen responden mengartikannya sebagai lebih dari 20 tahun.

Yang menarik, asuransi kian menjadi salah satu pilihan instrumen investasi utama. Terdapat 72 persen responden yang mengatakan mereka bahwa memilih asuransi sebagai investasinya. Lebih jauh, 73 persen responden yakin bahwa produk asuransi akan memberikan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasinya. ”Ini dapat menjelaskan pertumbuhan produk unit-linked di Indonesia. Masyarakat Indonesia makin menyadari dan memahami bahwa produk tersebut menawarkan proteksi sekaligus investasi, sesuai dengan kebutuhan finansial jangka panjang mereka,” kata Chris Lossin. Total pendapatan premi unit-linked secara nasional di tahun 2007 telah mencapai Rp 17,14 triliun atau sama dengan kenaikan sebesar 152 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat hanya sejumlah Rp 6,8 triliun.

Di Cina, Investor Mencari Cara untuk Cepat Kaya; Di India, Memilih Sabar

Berbeda dari Indonesia, di antara beberapa pasar yang telah disurvei, Cina memiliki definisi yang paling pendek untuk istilah jangka panjang, dengan hanya 22 persen responden Cina yang mengartikannya lebih dari 10 tahun, mencerminkan sikap bahwa investasi merupakan cara untuk meningkatkan penghasilan dan menjadi kaya. Hampir sama, hanya 27 persen dari responden di Hong Kong yang menafsirkan jangka panjang sebagai periode waktu lebih dari 10 tahun serta empat dari sepuluh yakin bahwa itu adalah kurang dari 5 tahun.

Memberikan definisi istilah jangka panjang yang terlama, di India, negara terkuat Asia lainnya, masyarakat memiliki berkeinginan untuk menjadi ‘kaya secara perlahan – dengan 46 persen responden menyatakan bahwa batasan waktu untuk jangka panjang adalah 10 hingga 20 tahun dan 32 persen menyatakan bahwa hal tersebut adalah lebih dari 20 tahun.

Lebih Memilih Konservatif Dalam Berinvestasi, Kecuali di Cina Raya

Sun Life Financial mendapatkan bahwa masyarakat Asia memiliki perbedaan pilihan dalam menentukan instrumen investasi yang konservatif dan agresif. Di Hong Kong dan Cina, berinvestasi pada ekuitas, saham dan derivatif adalah pilihan yang lebih populer. Hal ini ditunjukkan oleh 91 persen dan 62 persen dari masing-masing populasi yang telah disurvei, dibandingkan dengan rata-rata regional yang hanya mencapai 35 persen. Akan tetapi, di Filipina, Indonesia, India, terdapat tidak lebih dari 10 persen responden yang menyatakan berinvestasi secara aktif pada produk tersebut. Nasabah di keseluruhan pasar Asia memiliki rangkaian portofolio investasi yang beragam dan pilihan yang paling disukai di berbagai negara tersebut adalah tabungan (89 persen), asuransi (67 persen), deposito berjangka atau tetap (55 persen) dan ekuitas, saham atau derivatif (35 persen). Pilihan investasi pada produk asuransi di Hong Kong dan India mencapai di atas rata-rata negara lainnya – masing-masing sebesar 87 persen dan 75 persen.

Riset SOLAR dilakukan dengan metode wawancara langsung terhadap 1.800 responden di sembilan kota besar yang tersebar di Cina, India, Filipina, Indonesia dan Hong Kong. Target responden dari survei ini adalah laki-laki dan wanita dengan tingkat sosial ekonomi di atas tingkat menengah atas, telah menikah ataupun lajang, berusia 25-45, dan mereka semua adalah pengambil keputusan dalam menentukan hal terkait masalah keuangan. Tujuan Sun Life mengembangkan riset ini adalah untuk membangun suatu pemahaman atas para nasabah di pasar Asia, khususnya yang berhubungan dengan perencanaan hidup dan asuransi.

Riset SOLAR dilaksanakan pada kuartal keempat 2007 dengan tujuan untuk mendukung strategi bisnis Sun Life Financial Asia dalam mewujudkan misi dan visinya untuk mencapai pertumbuhan positif (profit) dengan berfokus pada nasabah, diferensiasi produk dan jalur distribusi penjualan yang variatif.

dicuplik dari :

http://www.sunlife.co.id



  • Tidak ada
  • No comments yet

Kategori

Arsip